Antara kita

 Antara kita  

Oleh : Mara Ongku Hsb, MH


          Jika melihat fenomena yang terjadi saat ini  muncul didalam benak sanubari kita untuk mengkritisi dengan seksama, tapi gundah gulana muncul pula disi lain hati kita untuk berkata ini tidak baik bagiku nanti, padahal bisa saja pada saat itu waktu yang tepat untuk menceritakan semua isi hati kita yang sudah dipenuhi dengan berbagai lembaran logika dan akal yang sudah hampir penuh terisi disetiap sendi-sendi memory kita.  
    Ini semua kembalikan kepada diri masing-masing siapakah kita apakah hubungan kita dengan mereka yang kita anggap harus perlu pelurusan kejalan yang lurus, inilah hal yang sulit diraih oleh seseorang untuk menjadi seorang yang berjiwa besar, rendah hati maklumlah didalam setiap diri kita ada yang menggiring kepintu kebaikan ada yang menggiring ke pintu keburukan, hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Prof. M. Quraish Shihab sang maestro tafsir Indonesia, ‘kebaikan selalu beriringan dengan keburukan’.
     Walaupun memang beriringan keduanya namun diantara kita tetap mengutamakan kebaikan tidak ada rasa su’uzan tapi tancapkan rasa husn al-zon diantara kita sebagai benteng persaudaraan, persahabatan dalam pembinaan menjadi hamba Allah.
    Sering menjadi pemicu belahnya persahabatan, kekerabatan adalah dikarenakan su’uzan selalu buruk sangka terhadap teman, kolega padahal sesungguhnya tidak seperti yang kita bayangkan, betapa murahnya kita terhanyut hanya karena satu sifat prasangka buruk yang menjamur didalam hati kita, namun betapa mulyanya kita bila selalu bersikap prasangka baik (husn al-zon), melihat seseorang kita selalu tidak ada beban bawaannya senang bahagia, sebaliknya melihat teman bila kita prasangka buruk bertubi-tubilah komenter negativ kita terhadapnya, padahal kita belum tau yang sesungguhnya sudah berani membaca pikiran seseorang, prediksi sih boleh-boleh saja namun kalau bisa prediksi yang positif saja seperti kita melihat seseorang komentar kita selalu yang positif orang ini pasti baik orangnya, ramah, santun dan lain sebagainya.
    Itulah ciri orang yang benar dan jujur selalu berpikir yang baik. Sembari kita berpikir juga sampai kapan juga seperti ini selalu menilai, selalu memberi komentar kepada orang lain kapan kita saatnya lagi menilai diri sendiri, mengomentari diri kita sendiri, sementara kematian itu tidak dikasih tau jadwalnya oleh Allah boleh ini kita jadikan renungan agar diantara kita selalu ada yang baik. Semoga.
    Seharusnya diantara kita harus tertanam sifat kasih sayang saling membantu satu sama lain dengan kata lain melempar sifat takabbur karena itu sifat yang tidak boleh tumbuh dan berkembang diantara kita, karena bisa bisa merusak persaudaraan kita yang sudah lama terjalin dengan baik tiba-tiba hanya secuil penyakit hati lalu kita bubar dan memikirkan nasib masing-masing sendiri dengan wajah yang muram seperti sudah putus harapan, padahal harapan itu masih panjang masih luas bila diantara kita sering sharing bertukar pikiran saling memberikan pandangan dengan catatan harus pemikiran yang positif, jangan pula berikan pemikiran yang diluar nalar dan sulit dipahami yang awal tujuannya memberikan pencerahan rupanya berujung dengan penyesatan (dhalāl), kalau seperti ini tidak perlu berdiskusi cukup layangkan pandang kepada pencipta Alam semeseta yaitu Allah Swt. Terkadang memang diantara kita itu terlihat polos terlihat baik terlihat sifat penolong tapi rupanya penelan, seperti yang lazim disebut orang “rambut memang sama-sama hitam tapi hati siapa yang tahu”.
    Kita memang tidak dilarang berteman dengan siapa saja pun boleh bahkan dianjurkan banya teman untuk menjalin silaturrahim supaya saling kenal mengenal hal ini jelas dalam al-Qur’an  surah alhujurat [49]:13. Sebagai berikut :

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (Q. S. alhujurat [49]:13 )

    Dalam ayat ini Allah menciptakan kita dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yakni berasal dari keturunan yang sama yaitu Adam dan Hawa. Semua manusia sama saja derajat kemanusiaannya, tidak ada perbedaan antara satu suku dengan suku lainnya. Kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal dan dengan demikian saling membantu satu sama lain, bukan saling mengolok-olok dan saling memusuhi antara satu kelompok dengan lainnya. Allah tidak menyukai orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kekayaan atau kepangkatan karena sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.

    Sebagai manusia ciptaan Allah Swt antara kita juga sudah dituliskan kalau kepada Allah Swt secara vertikal kalau diantara kita secara horizontal yang disebut dalam agama habl min  al-nās (hubungan sesama manusia) didalam hubungan ini kita sudah dijamin oleh Allah diberikan kemanan, persamaan hak, pesamaan hukum, dan tidak boleh disakiti begitu penjelasan dalam tafsir al-Nūr kita manusia medapatkan segala hal yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, seperti mengambil manfaat dan keuntungan dalam berdagang, dengan seperti itu tercipta hubungan kontak diantara kita dalam tanda kutip bukan hubungan kontak yang disangkut paut dengan covid-19. Maka kita ini tidak terlepas dengan yang namanya interaksi sosial Rasulullah Saw saja menggauli orang-orang kafir dengan baik dan mengadakan transaksi dengan  mereka, demikian pula khulafaur Rasyidin.

    Hubungan diantara kita harus saling feedback ada timbal balik supaya terjalin dengan baik, karena kita lihat dalam praktek kehidupan sehari-hari seorang saja terus yang melakukan kebaikan walaupun dia ikhlas kurang  perfect juga nampaknya harus seimbang (balanced) jika ini sudah berjalan, kebaikan akan berproses diantara kita dan kita pun harus sudah menumbuhkan sifat selalu merawat pesahabatan menghinadari pertikaian, bila kita sudah saling mengerti satu sama lain pekerjaan yang banyak akan terasa ringan, pikiran yang dihantui terasa tidak ada karena sudah berubah pikiran-pikiran yang positif,  harus disadari kita memang tidak terlepas yang namanyan salin interaksi dengan siapa saja baik itu teman, keluarga, tetangga kita, rekan, kolega, kita tidak bisa lari dari mereka disnilah yang menciptakan hubungan baru, hubungan baik diantara kita yang saling mendukung, kalau tidak disadari memang ujungnya munculullah sifat egoisme terkuburlah sifat emapti hal ini tidak kita inginkan terjadi diantara kita, layaknya kita ini diciptakan sebagai hamba yang dhaif (lemah) harus saling memperkuat diantara kita saling peduli, saling memperhatikan bukankah Rasulullah Saw juga memberikan contoh gambaran seorang mukmin satu dengan mukmin lainnya bagaikan banguna yang salaing menguatkan sebagaimana dalam sabda Rasullah Saw sebagai berikut: 

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (رواه البخاري )     

 “Dari Anas r.a dari Nabi Saw bersabda : “ tidaklah dikatakan seorang mukmin diantara kamu  sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari No. 13)

    Hadits diatas sangat terang sekali menggambarkan bahwa seorang mukmin baru dikatakan bila ia mencintai mukmin lainnya seperti mencintai diri sendiri, hadits ini patut kita jadikan pedoman dalam kehidupan ini agar diantara kita tetapa terjaga hubungan baik dan harmonis sampai keahirat diantara kita tidak ada dosa dan salah, amin.

Posting Komentar

0 Komentar