Saling Menghargai dan Menghormati



Pentingnya saling menghargai dan menghormati sangat postitif didalam kehidupan sosial kemasyarakatan, kalaulah bukan karena saling menghargai kehidupan sosial bisa saja pudar dan tidak berjalan sebagaimana mestinya, budaya dan kearifan lokal kian hari kian menipis disebabkan rasa saling menghargai dan menghormati tidak ada lagi hilang secara pelan-pelan diadopsi oleh keegoisan pribadi tidak mencoba bila diposisi yang berbeda. Pergeseran adat istiadat, acara-acara kemasyarakatan biasanya dihidang dengan piring secara  terhormat, lalu berikutnya dihidang makanan ala perancis atas nama tidak merepotkan lalu berikutnya piring makan biasanya piring kaca kini menjadi plastik lagi dengan dalil tidak repot mencuci adalah salah satu tidak lagi menghargai terhadap adat dan menghormati. 


Pada prinsipnya saling menghargai dan menghormati banyak menimbulkan dan melahirkan keharmonisan hidup dan mampu menafikan kesombongan diri yang mencoba menganggap diri paling benar, padahal jauh dari kebenaran, itu pun masih dipertahankan dan diternak lagi adalah suatu hal sikap yang tidak cocok dirawat ia harus dibakar ataupun dimusnahkan agar tidak menjamur apalagi sempat menjadi virus membahayakan. 


Sebagai makhluk sosial, mempunyai sifat kecenderungan bersama dan tanpa bantuan manusia lainnya ia akan terasa sulit berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan, supaya perkembangan hidupnya lebih baik ditengah masyarakat heterogen ia harus mampu menjaga perasaan orang lain, saling menghargai, bisa saja suatu hari karena kita menghargai orang lain itu menjadi bias kebaikan dan membuka pintu-pintu keberkahan dengan label silaturrahim.


Pertanyannya adalah mampukah diantara sesama mempertahankan saling menghargai tersebut, prakteknya menghargai seseorang ketika ada take and give yang lebih miris tidak ada konfirmasi, partisipasi biasanya tidak begitu dihormati seperti penghormatan terhadap orang yang selalu participant, padahal ia selalu berkontribusi lewat moril, secara material ia tidak begitu viral yang berkontribusi materil itu yang disanjung disambut dengan ragam dan model yang berkesan. 


Perlakukan terhadap sesama layaknya tidak dibeda-bedakan, ketika tidak mampu menerapkan hal tersebut disitulah potensi saling membiarkan bukan lagi saling memperbaiki dan saling  mendukung, saling sibuk dengan kesibukan masing-masing, padahal kadang-kadang sibuk tak menentu (STM), tapi karena gairah tadi sudah hilang niat mengurusi dan merawat ruhnya tidak dikandung jasad lagi, hal itu bahaya dalam kehidupan sosial


Rela dibawah atau bahasa agamanya tawadu’ untuk maju keatas itu hal yang biasa dilakukan dimana-mana kehidupan  sosial, kehidupan beroganisasi dengan cita bersama bisa hidup lagi dan cemerlang, sisihkan waktu untuk menghargai dan menghormati orang lain maka di sisi yang lain orang lain akan datang secara otomatis menghargai tanpa perlu diundang untuk menghormati dan menghargai, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menghormatinya dan menghargainya diberbagai lini kehidupan satu sikap yang membangun kecerdasan sosial. 


Menghormati itu sendiri adalah ajaran Islam Sebagaimana hadis nabi yang artinya: “Bukanlah termasuk umatku mereka yang tidak menghargai (memuliakan) yang lebih dewasa, dan tidak menyayangi yang lebih kecil”. (HR. Ahmad dan Thabrani)


Antonim dari hadits tersebut orang yang tidak menghormati terhadap yang lainnya bukan diangga Nabi sebagai umatnya, merupakan peringatan penting bagi umat Nabi Muhammad Saw untuk memelihara sifat menghormati sesama bukan malah menzalimi sesama suatu perbuatan yang menumpuk dosa-dosa lama-lama menjadi menumpuk 


Menghormati orang lain bukanlah perkara sulit untuk diterapkan, yang sulit adalah masih kekalnya sifat egosentrisme didalam setiap individu merasa diri, dan mengakui diri lebih pantas, lebih bisa dari yang lain menutup peluang yang lain berkarya dan berekspresi. 


Sangat mudah pada hakikatnya menghormati orang lain hal ini bisa diperhatikan sikap Nabi Muhammad Saw kepada orang yang membencinya saja ia bersikap lembut apalagi kepada orang yang tidak membencinya itulah salah satunya kerinduan umatnya kepada Nabi Saw karena sifatnya yang sangat menghargai dan menghormati bersifat jujur, amanah, tabligh, dan fatanah. Mungkin bisa saja menilai karena Nabi kan seorang Rasul sudah sanggup dengan ujian seberat apa pun, tetapi tidaklah berlebihan bahkan harus meneladani sifat Nabi Saw dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. 


Contoh kecil saja kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan libatkanlah seluruh warga mendapatkan perlakuan yang sama mendapat undangan secara terhormat untuk setiap acara-acara masyarakat agar setiap warga merasa dihormati dan dihargai, sehingga ringan tangan untuk mengayunkan menghadiri kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.


Tapi terkadang sering menjadi dilema, begitu besarnya penghargaan dan penghormatan tersebut, tidak direspon bahkan mengabaikan undangan-undangan kegiatan sosial kemasyarakatan dengan mengucapkan sudah sepakat dengan keputusan apa pun, setelah diedarkan hasil kesepakatan bersama kepada seluruh masyarakat baru muncul komentar-komentar yang tidak konstruktif yang berbau menyengat membuat pemegang kuasa kehilangan rasa empati atas ulah masyarakatnya. 


Tetapi sebagai pemimpin hal biasa menghadapi tersebut tidak menodai apalagi mematahkan semangat, kehidupan sosial dan kegiatan-kegiatan tetap berjalan sebagaiman biasanya, disini tugas untuk melayani menghormati rasanya sudah maksimal, tetapi tetap berkaca dan berevaluasi terhadap segala tindak tanduk didalam kebijakan agar tidak buntu dipersimpangan jalan. Tetap memperhatikan kemaslahatan masyarakat dalam setiap kebijakan yang akan dibuat, sejalan dengan satu kaidah ushul fiqh : 

تصرف الامام على الرعية منوط با المصلحة

Kebijakan suatu pemimpin kepada rakyat harus berorientasi kepada kemaslahatn” 


Dalam  arti jangan membuat kebijakan yang tidak seimbang yaitu menimbulkan mafsadah (kerusakan) bahkan kerugian dan rakyat merasa terzalimi secara spontan masyarakat akan hilang rasa hormatnya dan menghargai seorang penguasa dikala seperti itu.

 

*Penulis : Mara Ongku Hsb, MH (Founder dan Penulis Kemasyarakatan)


Posting Komentar

0 Komentar