Hidup memang begitu!
Ini adalah cara saya mengungkapkan perasaan sehari-hari
lewat tulisan biar lebih alot dan eksklusif, kadang biasalah ingin hidup
senang kerja sedikit, ingin hidup susah ya pastinya bermalas-malasanlah. Melihat
orang susah kita minder dan berkata aku tidak mau seperti itu nyatanya
diam-diam kita perlahan meng-iya-kan dengan sifat malas bekerja.
Melihat orang kaya, sukses, punya uang banyak punya
kerjaan tetap semisal PNS, direktur, waduh! kenapa saya tidak seperti dia ya mulai lagi
menarik diri dan mengorek-orek apa kekurangan saya. Bingung lagi ketika dikasih
kerja yang bukan di bidangnya tapi disitu ada hasil maka bisa berkepanjangan lama-lama
itu menjadi pekerjaan setia dan diniati.
Memang begitulah hidup, orang mengatakan hidup adalah
pilihan dimana posisi kita yang pas dan pantas dalam bahtera kehidupan bebas
sebebabasnya memilih kemauan kita seperti apa, tapi kita juga harus ada role model supaya seimbang pekerjaan yang
dilakoni kalau tidak akan buram dan
suram.
Intinya, jangan cemaslah dalam hidup ini sudah diatur
oleh Allah tinggal ikhtiar dan tawakal hidup menjadi tenang dan tegas
kita sudah sering mendengar dalam hadits arba’in yang begitu populer
apalagi dikalangan santri kitab iman al-Nawawi ini dalam hadits yang ke-4. Panjang sekali sebenarnya syarah dari hadits
diatas tapi yang menarik adalah mengenai rezki seperti berikut ini;
بِÙƒَتْبِ رِزْÙ‚ِÙ‡ِ
ÙˆَØ£َجَÙ„ِÙ‡ِ ÙˆَعَÙ…َÙ„ِÙ‡ِ, ÙˆَØ´َÙ‚ِÙŠٌّ Ø£َÙˆْ سَعِيدٌ.
“ketetapan rezeki, ajal, amal, dan apakah termasuk orang celaka
atau bahagia”
Dalam syarahnya dijelaskan rezeki maksudnya
adalah sesuatu yang membawa manfaat bagi manusia, rezeki ini juga terbagi
kepada dua yaitu rezeki untuk menegakkan badan (lahiriyah) dan rezeki untuk
menegakkan agama (al-diniyah), rezeki untuk menegakkan badan adalah
makan, minum, pakaian, hunian, kendaraan dan semacamnya, sedangkan rezeki untuk
menegakkan agama adalah ilmu dan iman. Itulah inti rezeki dari maksud penggalan
hadits diatas.
Sudah sepatutnya kita syukuri sekarang ini,
terkadang kita punya pendidikan tapi harta sangat mikro, begitu juga sebaliknya
terkadang pendidikan mikro tapi harta makro ternyata jika dihubungkan secara implisit
dari isi hadits diatas ternyata rezeki itu seimbang pada diri kita terkadang
kalau bukan lahiriyah ia menjadi al-diniyah. Kalau rezeki
lahiriyah sedang over maka rezeki al-diniyah menjadi alat kontrolnya
yaitu iman dan ilmu. Sebaliknya rezeki al-diniyah mengajarkan agar
mencari harta yang halal lagi baik, begitu perintah agama dan seterusnya.
Kalau teori yang berkembang sekarang di kementerian
agama itu adalah mengenai moderasi
mengenai keseimbangan termasuk dalam beragama maksudnya perilaku kita sekarang
ini haruslah moderat agama itu sendiri sudah sangat moderat. Hidup ini juga
begitu harus seimbang menyikapinya kalau tidak bisa tergulir kita disudut,
pojok yang bernama terbelakang.
0 Komentar