Menumbuhkan Rasa Bakti terhadap Orang Tua

 

 

 
Menumbuhkan Rasa Bakti terhadap Orang Tua

            Oleh: Mara Ongku Hsb, MH   

    Suatu cerita atau kisah nyata yang terjadi dilingkungan kita sehari-hari yaitu seorang anak hampir membakar rumah ibunya sudah disirami minyak  tanah didalam rumah yang begitu besar, gegerlah masyarakat disampingnya atau masyarakat sekitar ini karena amarah dari seorang anak gadis yang hampir tidak terbendung lagi untuk melampiaskan kejahatan nafsu su’nya. Bermula sifat jahat ini muncul karena ada rasa kekesalan dari seorang anak kepada seorang ibu, ini bukanlah hal yang baru setiap anak pasti sering meminta segala haknya harus dipenuhi, kewajibannya terhadap orang tua lupa kebutuhannya harus terpenuhi yang dinginkannya dan itu harus terwujud kadang-kadang sedikit pun dia tidak menoleh kondisi dan keadaan orang tuanya yang sudah tidak dapat lagi mewujudkan keinginannya tersebut dipaksakan juga harus sanggup orang tuanya.
    Gara-gara tingginya syahwat keinginan seorang anak mengalahkan sifat baiknya (hasan) terhadap orang tuanya, melumpuhkan sifat kebaikannya (birrulwalidain) kepada kedua orang tuanya, hilang jati diri sesungguhnya dia sudah terperangkap oleh syaitan yang murka selalu membujuk orang kejalan kesesatan, ini sudah banyak dibuktikan oleh berbagai lini hampir disetiap penjuru pengalaman ini sudah banyak yang merasakan, seperti kisah-kisah yang berbuat jahat terhadap kedua orang tua mereka  (durhaka) Malin Kundang di Sumatera Barat, Sampuraga di Tapanuli Selatan Sumatera Utara, ini harusnya menjadi pelajaran bagi kita belakangan ini bisa berkaca terhadap peristiwa tersebut bahwa didunia saja sudah mendapat siksa apalagi besok diakhirat, kita tidak bisa membayangkan apa yang terjadi, tapi ini adalah suatu peristiwa silam jangan terulang lagi, ada baiknya kita menoleh kisah-kisah orang yang berbakti terhadap orang tuanya seperti Uways al-Qorni menggedong ibunuya keliling ka’bah begitu dia lakukan lalu sempat menanyakan kepada Nabi Saw apakah sudah cukup baktinya kepada ibu? Lalu apa yang dijawab Nabi Saw:  belum cukup. Artinya bakti kepada kedua orang tua itu tidak ada batasnya (unlimited).

    Kalau kisah-kisah seperti ini didengungkan atau didendangkan kepada siapa saja terkhusus orang yang mulai hilang dan lenyap baktinya kepada kedua orang tuanya atau hampir membakar rumah ibunya akan melunakkan hatinya yang awalnya seperti batu kerasnya mudah-mudahan dapat berubah dengan baik dan lembut sampai bisa menghapus sifat-sifat kedurhakaannya, jangan sampai sifat yang tidak baik kepada kedua orang tua kita terjadi lagi seperti kisah-kisah yang lama ini sangat merugikan diri sendiri dan orang lain, tentunya tidak didunia saja yang pasti sampai kepada akhirat, untuk diminta pertanggung jawaban kepada masing-masing kita, siapkah kita menerima hal tersebut atau membiarkan terjadi begitu saja.

    Selain kisah-kisah yang penuh hikmah diatas juga ada wejangan-wejangan yang harus kita hidangkan kepada kita dan orang tersebut untuk menumbuhkan rasa bakti kepada kedua orang tua kita, yaitu dengan memperhatikan kalam Allah Swt dalam al-Qur’an surah al-Isra’[17]: 23. Sebagai berikut :

 وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (Q.S. al-Isra’[17]: 23).

      Ayat diatas sangat terang sekali mengajak kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua kita dan merawatanya dikala mereka sampai usia tua harus ada perhatian anak kepada mereka, dan yang paling urgen sekali mengatakan “ah” saja dilarang membantah perintah orang tua apalagi sempat ingin membakar rumahnya ini diluar nalar normal bukan lagi seseorang dalam posisi normal. Tafsir al-Misbah menjelaskan berbakti kepada kedua orang tua adalah perintah agama artinya setiap perintah itu wajib dilaksanakan sebagaimana dalam kaidah ushul fiqh: al-aslu fi al-amri li al wujūb (asal perintah itu adalah wajib) dengan kata lain orang yang tidak berbakti kepada kedua orang tua apalagi sampai durhaka bisa menjadi berdosa. Kedua orang tua harus dihormati, kita bersikap sopan kepada mereka baik dalam perbuatan dan ucapan sesuai kebiasaan masyarakat, sehingga mereka senang kepada kita  mencukupi kebutuhan mereka. Kita kirim belanja kepada kedua orang tua kita.

        Kemudian dalam surah Luqman [31]: 14, sebagai berikut :

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ 

Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. (Q.S. Luqman [31]: 14)

    Ayat diatas pertama setelah perintah taat kepada Allah Swt kita disuruh berbakti kepada kedua orang tua dua perintah ini selalu beriringan kemudian ini ayat ini memperkuat lagi dengan terang untuk berbuat ihsan kepada kedua orang tua sama dengan perintah shalat juga selalu beriringan dengan perintah zakat misalnya itu menunjukkan perintahnya sangat kuat dan tidak boleh kita abaikan, tapi harus kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, bayangkan kedua orang tua kita sudah rela berkorban apa saja demi anaknya tanpa keluhan, ibu kita merasakan kelelahan sebagaimana ibu kita telah mengandung dalam keadaan lemah dan diatas kelemahan (وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ), menyapinya sampai dua tahun,  menurut M. Quraish Shihab kelemahan itu adalah kurangnya kemampuan memikul beban kehamilan, penyusuan, dan pemeliharaan anak dari berbagai banyak kelemahan telah menyatu dalam dirinya dan dipikulnya, itu mampu dilewati oleh ibu kita, jika berbicara tentang peran lebih banyaklah peran ibu daripada ayah sudah mengandung selama 9 bulan, dilahirkannya, disusuinya lagi tidak pernah lepas darinya, walaupun memang begitu tetaplah kepada ayah seorang anak juga mendo’akannya dan berbakti karena ayah juga sangat bertanggung jawab dalam kehidupan keluarga, namun ibu jelas lebih tinggi pengorbanannya sebagaimana dalam satu hadits Nabi Saw sebagai berikut:  

“Seseorang menghadap Rasulullah Saw bertanya,” wahai Rasulullah,  siapakah manusia yang paling berhak untuk aku pergauli dengan baik? “ibumu,” jawab Rasul, orang itu bertanya lagi, “lalu siapa lagi”? “ibumu” jawab beliau kembali. Orang itu bertanyan lagi, “ lalu siapa lagi? “ibumu” Jawab Rasul, “lalu siapa lagi,” tanya orang itu, Rasul pun menjawab, “ Ayahmu, lalu kerabatmu yang terdekat, begitu seterusnya, (HR. Muslim No, 2548).

    Jadi ibu adalah mempunyai posisi yang sangat-sangat strategis dalam riwayat perjalanan hidup kita kesuksesan kita, besarnya nama kita sekarang, luasnya jaringan kita sekarang (network) luasnya lahan kita sekarang, rumah kita ada dimana-mana gedung perusahaan kita yang menjulang tinggi-tinggi hampir menyentuh langit biru, punya istri atau suami yang cantik  dan ganteng anak yang pintar-pintar soleh dan solehah, itu adalah berkat do’a ibu yang selalu meresetui apa saja hal aktifitas kehidupan kita sehari-hari, dia selalu berdoa dalam sujudnya agar kita berkenan sukses menjadi orang menjadi terpandang, kasih sayang mereka memang tidak bisa diukur tidak bisa diungkapkan untuk mengatakannya seperti kata pepatah “kasih anak sepanjang galah, tapi kasih ibu sepanjang jalan” jalan kalau kita terus tidak ada putus-putusnya terus sambung menyabung begitulah diibaratkan kasih sayang orang tua kepada anakanya, sehingga sering terjadi seorang ibu mampu menghidupi 9 orang anak tapi 9 anak belum tentu mampu menghidupi memberikan kasih sayang kepada ibunya.
     Jangan sampai kita orang yang terjebak orang yang tidak berbakti kepada kedua orang tua, rugi yang sangat besar akan didepan kita rugi dunia wal akhirat, kalau kita sekarang sedang diperantauan ini setidaknya beri kabar kepada mereka tidak cukup sampai disitu berikan kebutuhan mereka semampu kita dan kita usahakan ini membuat hati orang tua kita senang dan bahagia, jangan pula sebaliknya karena kita sudah diperantaun komunikasi hilang dengan alasan jaringan dikampung susah sehingga tidak sempat memberi kabar, kita usahakan supaya tetap memberi kabar kepada kedua orang tua kita dan lebih bagus lagi pulang kampung mudik bersama ajak istri atau sumai anak-anak sekeluarga pulang kampung atau mudik bersama.
      Kalau dapat kita itu mudah-mudahan hidup kita berkah dan diridhai oleh Allah Swt karena ridha Allah Swt tergantung kepada ridha kedua orang tua sebagaimana yang sering kita dengar di majelis-majelis pengajian atas persan Rasulullah Saw tersebut, sudah kewajiban kita menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua dan nauzubillah sebaliknya menjadi anak yang tidak baik apalagi sampai hendak membakar rumah ibu tanpa disadari menjadi durhaka, ini kita mohon kepada Allah Swt dijauhkan dari sifat  buruk ini karena sangat mengancam keselamatan fi dunya wal akhirat, karena durhaka termasuk salah satu dosa besar, sebagaimana dalam hadits Nabi Saw sebagai berikut:

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ المُفَضَّلِ، حَدَّثَنَا الجُرَيْرِيُّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَكْبَرِ الكَبَائِرِ» قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ

Mencertiakan kepada kami Ali bin Abdillah, menceritakan kepada kami Bisyr bin Mufaddil, menceritakan kepada kami al-Jurairy dari Abd Rahman bin Abi Bakrah dari bapaknya dia berkata, Rasulullah Saw bersabada:” maukah kalian kuberitahu tentang dosa-dosa besar yang paling besar? Berkata mereka: tentu ya Rasuullah Saw, maka Nabi Saw menjawab” Syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.”(HR. Bukhari No. 6273)

       Kemudian hadits yang lain ancaman yang sangat pahit, semoga kita terhindar dalam hadits Nabi Saw sebagai berikut:

حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ قَالَ: حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌّ وَلَا مَنَّانٌ وَلَا مُكَذِّبٌ بِالْقَدَرِ

“menceritakan kepada kami Abu Daud dia berkata; menceritakan kepada kami Ja’far dari Qasim dari Abi Umāmah, dia berkata Rasulullah Saw bersabda :” Tidak masuk surga orang yang durhaka kepada orang tua dan tidak masuk surga mannān (orang yang berbuat baik kepada seseorang namun menyebut-menyebut dihadapan banyak orang), dan tidak pula  orang yang mendustakan takdir” (HR. Abu Daud No. 1227).

      Dan yang lebih waspada lagi kita bahwa apabila durhaka kepada orang tua azabnya didahulukan di dunia sebagaimana dalam hadits Nabi Saw :

“Semua dosa itu azabnya ditunda oleh Allah Swt sampai hari kiamat, kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya sesungguhnya Allah Swt akan mempercepar azab kepadanya, dan Allah akan menambah umur seorang hamba jika ia berbuat baik kepada ibu bapaknya, bahkan Allah akan menambah kebaikannya kepada siapa saja yang berbuat baik kepada ibu bapaknya, serta memberi nafkah kepada mereka jika diperlukan.” (HR. Ibnu Majah)

     Tidak aneh bagi kita dewasa ini jika orang yang tidak berlaku baik pada orang tua dengan kata lain tidak sayang pada orang tuanya apalagi sampai durhaka secara spontan azabnya diturunkan Allah Swt sedangkan dosa-dosa kita yang lain Allah tunda azabnya diakhirat besok, dengan tulisan ini berharap semoga kita hamba Allah yang taat pada Allah dan berbakti kepada kedua orang tua kita dimana pun posisi kita sekarang, apa pun posisi pekerjaan strategis, nyaman, aman kita hari ini, ingat karena doa orang tua yang sudah merestui sehingga Allah menurunkan rezki, keberkahan, kesuksesan kepada kita semua, amin.  

Posting Komentar

1 Komentar